November 03, 2009

I'm Not Anyone's Enemy

Minggu, 1 November 2009

Sekali lagi, seorang sahabat bilang sama saya via sms...
Beberapa kali dia baca postingan saya, terutama belakangan yang bilang kalo,

“So, far... in my mind, I didn't decide for becoming a cong...
I had never chosen to be one...
And somehow, I didn't think that a cong can turn to be straight...
It just something that is what I am... or “we” are...
But yes, it's a choice... to live as one...
or just denied that I was not...
And until now, I'm still trying to make peace with what I “really” am... a cong...”

Meanwhile, in about the same time...
Another blogger, cong juga, (atau... sekarang “mantan” cong), telah “memilih” jalan yang berbeda dengan apa yang saya jalani.
Bukan rahasia lagi, di kalangan cong... specially, those who live in a discreet scene.
Pada satu masa, harus dihadapkan pada satu keadaan di mana, kita harus memilih... mau gag mau...
yaitu pilihan untuk menikah... dan kemudian menjalani kehidupan sebagai seorang “straight”, seperti orang “normal” kebanyakan...

Postingan saya beberapa minggu ke belakang, sedikit banyak udah ngglambyar ke mana-mana, berusaha ngejelasin apa yang saya pikirkan... dan coba tuang dalam tulisan...
And apparently, seemed like... or at least, made my friend assumed that...
I was in the opposite side with other blogger-who-is-a-former-cong, and all that I wrote, suddenly confronted him with my “disapproval” of the way that he's chosen...

Singkat kata, dia ngira, saya menganut paham anti-cong-nikah.

Atau, waktu saya keilangan link ke blog-blog yang sering saya singgahi gegara pengin ganti template, dan lalu saya coba tambahin lagi seingat saya.
Kemudian saya mendapati bahwa salah satu blogger cong yang dulu lumayan sering kasih komen di postingan saya, dan coba nge-link lagi, ternyata selalu gagal saya buka...
Dulu siy, keterangannya, “Just for Invited readers” doang... (yang belakangan saya tahu, ternyata emang udah inaktif lagi... entah kenapa).
Si temen saya itu bilang, mungkin karena postingan belakangan yang beraura “anti-bi”...

Kemudian, saya coba baca-baca postingan ke belakang...
Dan bukan untuk melakukan pembelaan diri ataupun klarifikasi.
Kalo diperhatiin, sebenernya, selalu saya tambahin, semua yang pernah saya tulis, adalah apa-apa yang pernah terpikirikan ajah...
Lagipula, selalu saya bilang, gag pengin menghakimi siapa-siapa, apalagi menyalahkan!

Sekarang saya cuma mau posting sesuatu.

As a human, we live... we grow... and more important,... we learn...
I learned...

Recently, I thought quite much...
I read some blogs, those who already found the one, or the other who had made one of the hugest decision in their life, and those whom just like me... still dreaming, about finding that perfect someone... even them, who didn't care too much (or at all!!!) about love.
Pada akhirnya, saya mendapat satu kesimpulan,...

Kalo setiap kita adalah individu yang berbeda... dengan jalan cerita kehidupan yang tidak sama pula.
Jadi gag ada gunanya buat saya untuk membandingkan, menilai, apalagi menghakimi apa-apa yang orang lain lakukan.
Dengan kata lain, hanya karena pemikiran yang berbeda, bukan berarti harus menempatkan kita pada sisi yang saling bersebeberangan,... bertentangan, apalagi bermusuhan.

Suatu kali, suatu hal terpikirkan...
Ketika saya membaca postingan teman-teman cong yang telah memutuskan untuk menjalani hidup berumah tangga, dengan seorang wanita tentu saja...
Dan mendapati bahwa mereka ternyata bisa menjalaninya dengan biasa, bahkan mungkin dengan suka cita...

Ada yang terjadi dalam benak dan hati saya...
Bukan iri, apalagi dengki...

Terus terang, ada bagian diri saya yang merasa takut.
Somehow, I feel so insecure....
To stay gay...

Ketika banyak cong yang akhirnya, berdamai dengan tuntutan kehidupan, untuk menerima standar moral yang digariskan, dan mencapai kebahagiaan konvensional.

My ego says, that I'm scared...
To be left behind...

Saya kalut, karena hingga sekarang, saya gag mampu untuk menerima keberadaan seorang wanita sebagai teman hidup saya, menjadikan seorang dari kaum hawa sebagai belahan jiwa,... dan menghabiskan sisa usia, renta bersama-sama....
Memikirkannya saja, membuat saya tak ingin berlama-lama, dan berusaha mengalihkan perhatian.

Namun nyatanya (-lupakan tentang katanya... dan bikin mencret ituh!!! xixixi-) ada tuh, yang akhirnya bisa juga...

Saya selalu memiliki harapan dan keyakinan...
Kalo setiap orang berhak untuk merasakan bahagia...
Mungkin sebesar keyakinan saya, bahwa seharusnya tak ada perang di dunia, tidak seharusnya ada manusia yang dengan sadar membunuhi sesamanya... atau tidak sepantasnya ada kelaparan dan kemiskinan di satu tempat, sedang di bagian dunia yang lain tengah berlangsung pesta pora...
Dan nyatanya.... terlalu banyak fakta yang mengusik alam harap dan mimpi saya.

Walau hingga saat ini, saya masih tetap mencoba bertahan pada satu mimpi.
Kalo suatu saat, saya pun bisa mendapatkan bahagia, tanpa harus mengingkari, membohongi atau memanipulasi hati.
Dan ini bukan berarti saya bilang, kalo para “mantan” cong yang telah beristri itu berarti hanya mengkamuflasekan kenyataan... saya mengerti tentang pilihan yang (mungkin!) merupakan jalan yang terbaik atau bahkan sebagai hanya satu-satunya pilihan.

Untuk sahabat... yang tengah memulai mimpi baru,... dengan rumah tangganya, saya mengerti dengan keputusan yang telah diambil...
Mohon digaris-bawahi... saya tidak memusuhi kalian...
Tidak terhapus kemungkinan, suatu saat saya pun akan dihadang oleh kenyataan yang sama (sekarang pun sudah mulai tercium aroma dan terasa aura-nya! *sigh*)
Hingga masanya, entah apa yang harus saya siapkan bila saat itu tiba.

Hanya satu doa, mudah-mudahan semua sudah lebih baik, hingga saya bisa lebih siap untuk memutuskan tentang langkah yang akan saya tempuh... semoga...


PS: Dalam doa... saya harap, mimpi ini bukan milik saya sendiri... amiin!!!

19 toyoran:

arik said...

Kayaknya itu - menikah - adalah 'obsesi' buat para gay. Nggak terkecuali dengan gue. Ada semacam ketakutan-2 tersendiri saat menghadapai pilihan bahwa kita harus menikah atau melajang hingga tua.

Ada temen gue yang binannya udah nggak ketulungan - punya kartu perwakos, malah! - yang akhirnya menikah dan punya 2 anak.

Terbukti bahwa yang namanya lelaki - asal masih punya penis - tetep saja bisa menikah. Perkara bahagia atau tidak ... well, hati orang siapa yang tahu?

Alil said...

alil seperti tertohok...

Manusia Bodoh said...

@Arik : Perwakos apaan si?

Ummm, gay ngondek nikah? Yah, jalan hidup tiap org siapa yang tau juga! Dan standar kebahagiaan tiap orang kan beda2 juga.

Manusia Bodoh said...

@Alil: I have anticipated ur reaction, and... Please dont be bothered with all I've been saying...
I didn't mean to!

Saya juga baca postingan terakhir kamu, saya mengerti dan ikut berdoa, kalo pada saatnya kamu bisa meraih bahagia.
Amiin!

Margrit said...

ikut membaca dan memahami saja :)

Anonymous said...

aku sangat appreciate dengan tulisan ini...
aku mendukung dengan pernikahan...
but mungkin aku menjdai salah satu yg tidak akan menikah (dgn wanita) nantinya...
tapi bila sudah ada dana aku akan menikah (tapi sama pria hehe) ke Belanda gitu, jauh ajahhhh hahaha...

Ab*n! said...

Yeah, aku setuju sama postingan ini,
bahwa menikah itu pilihan, seperti memilih jadi gay atau ngga...

arik said...

PERWAKOS = Persatuan Waria Kotamadya Surabaya

Manusia Bodoh said...

@Margrit: Menurut jij, laki cong tuw mending nikah apa stay cong aja.
Atau, misal jij jadi istri seorang "mantan" cong, mau gag? Heheh...

Manusia Bodoh said...

@Magoos: If you have ur state of mind, good 4 u,then!

Semoga tercapai dan bahagia!

Manusia Bodoh said...

@A: Yup everyone has their right to define their mind.

Kalo buat saya siy, being gay have never been a choice. Since I had never choosen to be one.

Manusia Bodoh said...

@arik: hooo... *speechles*
No comment deh!

lucky said...

Siapa sih merried guy itu? orang medan itu ya? soalnya link gw di blog loe masih ada hehehehe......

O iya, temen gw ada yang bilang merried bukan jaminan ga kesepian. Ada orang yang merried tetap aja hari tuanya sendiri dan sepi.

Buat gw, merried itu ibadah (and surprisingly EUUUNNNNAAAKKK)

Manusia Bodoh said...

@lucky: It doesn't matter who the married guy I mentioned in my posting!
Everyone has their right to be happy.

Yup, being lonely doesn't have any corelation with number, I think!
I'm happy 4 U about Ur marriage, seemed like, U're so Lucky! Congratz, buddy!

Arema said...

OK la punya musuh kadang asik juga hihihihi asal jangan dicari-cari (:

Manusia Bodoh said...

@arema: enak? Hmmm...
Baiklah!

kotakitem said...

menurut saya, pada dasarnya itu manusia idup mencari kebahagiaan; klo mnurut cong yg 1 dgn menikah dgn perempuan dia bahagia ya itu filsafah dia...sedangkan klo mnurut cong yg 1 lagi, dia mau menjalin hidup bahagia dgn cong yg lainnya, ya silahkan...

smua orang punya pemikiran dan kepercayaan yg beda, yg penting ya saling menghargai aja =)

Manusia Bodoh said...

@kotakitem: Setubuh! Itulah, saya juga mengamini kalo tiap2 orang (bukan cong doang!) punya standar kebahagiaan yang gag sama.

Dan, berbeda bukan berarti menempatkan kita di sisi yg berlawanan, bukan?

Margrit said...

Kalau menurut ik pribadi sih bisa2 aja kan cong atau lines menikah dengan str8.
Apalagi kalau udah sama2 diambang batas umur berapa puluh gitu.
Bukan masalah hanya karena ingin menutupi status single menahunnya, tapi lebih karena rasa tentram kalau ada seseorang disisinya.
Apalagi cewek ya d atas umur 40 sekian yang dicari rasanya udah bukan sex apa gimana gitu, tapi lebih pada rasa sayang pada seseorang yang bisa dijadikan sahabat untuk berbagi pikiran.
Jujur aja kan cong itu paling enak buat digandeng2 dan diajak jalan2,
karena sedikit banyak sama2 ngerti dan memahami jalan pikiran masing2.
Ini menurut ik lho yaa..wkwkwk