Selasa, April 28th 2009
Pagi-pagi, bangun Shubuh…
Alhamdulillah, sekarang jam biologis saya mulai bisa kompromi untuk bangun sesaat menjelang adzan… yah, untung, di sini, adzan shubuh baru terdengar jam ½ 6 pagi.
Abisan nontonin sisa Changeling, yang semalem ga kelar ditonton, keburu ngantuk, kecapean, jogging sore…45 menit, cukup lah untuk “memaksa” sirkulasi darah-udara di tubuh yang sedang giat menumpuk lemak ini jadi lebih baik (lagi!)….
Koneksi internet sementara cuma lewat hape dengan GPRS-nya, kadang lancar…sering ngadat. (Karena warnet satu-satunya itu gag tau kenapa, katanya cuman 2 minggu libur untuk renovasi, tapi, kayanya sekarang udah hampir sebulan ga buka).
Tapi, kalo pagi-pagi… biasanya lumayan kebut… (untuk ukuran GPRS!).
Buka fesbuk, bales komen2 iseng yang ga penting.
Blog-walking di “Kunjungan Rutin” kalo ada postingan baru.
Sekalian exploring kalo ada blog baru yang worth to read… it’s kinda fun.
Sampe saya menemukan satu blog.
Belom banyak postingannya, semua rampung saya baca sebelum koneksi GPRS mulai ngesot.
Singkat cerita, he’s a married gay.
Jadi, masih aja nyambung dari postingan kemaren… (jadi takut bikin eneg dengan topik yang itu-itu ajah)… ketularan produser sinetron yang selama masih ada penonton yang bisa “dibodohi”, terus aja dibuat lanjutannya… tapi, whatever lah…blog saya ini… mo dibaca ya monggo, gag suka ya silakan menggonggong aja sesukanya…. (dan saya akan tetap berlalu dengan geal-geol-gemulai… *benerin kemben - gendong keranjang - kedip-kedip sebelah mata gantian kanan-kiri - teriak-teriak ngondek... "jamu massss"... *…huhuhuh)
Padahal niatnya pengin posting topik lain yang agak ringan, nakal, dan menggairahkan…
Yeah… blame it to this “death-gay-living-province”, cari cong ga dapet-dapet yang sesuai kriteria… bukan sama sekali ga ada sih, di mana-mana pasti ada ajah cong-nya…
Cuma…gitu deh, beberapa kali ketemu, selalu gagal menimbulkan “selera”… dan akhirnya memilih mending makan Indomie! (halah!)… judulnya, gag tau diri dot kom!
Back to that married gay blogger.
Yes, he is married to a woman, and still, having “fun” with some “opportunities” with “my people” (and I believe, his too!)…
Jadi, bener toh… once you were gay, you are gay forever, no matter what.
Just because a gay decided to get married, it doesn’t mean that he “turns” straight.
Perlu digaris-bawahi sekali lagi, dalam postingan ini, saya ga berniat untuk menilai, menghakimi, apalagi mencela.
Hanya menuliskan apa yang terlintas dalam benak saja.
“Mantan” ustadz kondang itu juga pernah bilang, “We should not judge other’s clothes with our body”, rite!!!
Dalam blognya, dia cerita, gimana dia masih sering bermain-main dengan pikiran (mesum!)-nya, setiap melihat makhluk bertitid,… kekeke… and, he explicitly mentioned his obsession on men in uniforms.
Satu saat dia sedang jalan dengan isteri (tercinta!), dan sedikit teralihkan pandangan pada sosok berseragam, sang istri menangkap gelagat sang suami yang melirik sosok lain dan akhirnya menimbulkan rasa cemboker… (pengin eek…igh, gross!!!, maksudnya…cemburu bo!), namun “untungnya”, sang istri mengira dia melirik seorang wanita…hehehehe, lucu yes!
Belum, komentarnya tentang acara tv yang menampilkan para tranny yang “mimpi” jadi laki “beneran”. Namun, gag berani nonton secara terang-terangan, hingga dia merasa harus “bersyukur” untuk bisa menonton acara itu, ketika sang istri diajak tetangga untuk menghadiri pengajian.
Yah, and he was freaked out when his favorite “reality show” (yang dari fesbuk sih, katanya jelas-jelas tu acara cuma rekayasa!) showed a cheating husband (with a man!).
Dan dengan menikah, otomatis putus hubungan dengan dunia cong???
Di blognya, jelas-jelas dia bilang masih suka “bermain”… walau tanpa ”perasaan”… when he “really” missed to feel male-masculinity, he still tried to find one… or, some friends (other married gay…with children!) gave him reference to a coming-to-town-gay.
Part of my (bitchy!) side really does envy him.
Mengingat, saya kok ya gag laku-laku (*tempel label OBRAL di jidat!*)… padahal jelas-jelas dia udah “tersegel”, dengan ikatan emas yang melingkar di jari manisnya, tapi tetep ajah bisa “nyabet” mangsa (jadi penasaran, pinjem sèpetannya daysandminds,… situ cantik????eh…cakep???...hehehe).
Tapi, as a whole, I don’t envy his life… at all.
‘Though he has a “seemed-like” joyful life… beautiful-loved wife, great job, besides attractive physical appearance (I really curious ‘bout it!), and sometimes, casual sex without any attachment with a guy (or some, perhaps???) when he needed it.
But, I think his life is a way too complicated and somehow, too hard for me to be a reference of an option.
I’m not saying that his life-style is wrong.
Just, if I were him, I think I would get crazy….
That’s why somehow, I salute him for living his life in certain way.
I believe that everyone deserves to be happy.
And, everyone has their own standard of describing what happiness is.
Belom, ni belakangan, berhubung masih “stuck” di mess dokter-dokter, en kebeneran sedang ngumpul dengan beberapa teman sejawat yang PTT juga, cuma beda Puskesmas tempat tugas, ada sepasang suami istri, dokter n dokter gigi, jatuh cinta ketika PTT ini (bukan rahasia lagi, PTT juga jadi ajang ketemu jodoh (for straight, of course!!! *desperate-cynical*)), dan menikah…sekarang aja sang istri sedang hamil trimester 2.
Kadang, kalo ngeliat sedang mesra-mesraan… panggil-panggil “Aa ‘n Teteh things!!!”, suka terbersit,…
"What if I were a straight…????
And get married!!!"
Belom, ni dateng dokter-dokter PTT angkatan baru, salah satunya bawa bayi… and, I took my picture with him… definitely, looked fit!!!
I believe, I would be a great father if I had children.
Yes, why don’t I just get back to Java?
Propose “Her” to be my wife…
And trying to have child… or even children… of my own.
In my opinion, a gay-father (‘though in straight practice living) would be a better parent than straight one.
Why?
I believe, they would consider their child as a gift that in their “past” was just an “only-dream” thing…
They would be something that too good to be true.
And need a lot of hard work and kinda “impossible” effort in the “making” process (you know what I’m talking about!).
Gay-dad bakal mendidik anak dengan caranya, hingga besar nanti, si anak bakal memiliki pandangan lebih “luas”…dan mungkin lebih bertoleransi terhadap “perbedaan”.
And if, someday in the future of their child would grow as a gay, I think they would be accepting and supporting, more than a straight parent could.
But, then again… for now, I don’t think that I can do that.
For me, a marriage should be built on love base.
How can I marry her, if I there’s no love???
It’s our future that I concern about.
Marriage is a life-time commitment.
Tapi, buat yang emang udah “terlanjur” memutuskan untuk menempuh jalan pernikahan.
I fully support you, guys…
Don’t worry too much about what I’ve just written above.
Everything is just gonna be fine… and fabulous!!!
And, be your own MIRACLE!
I have a dream… someday, I’m gonna have a child or two.
Yes, maybe they wouldn’t be born from my wife’s womb… inherited my dna…
But, definitely, they would be born from … my heart!
PS : In my dream… I wouldn’t be alone raising my child…
So, …. Anyone????
Alhamdulillah, sekarang jam biologis saya mulai bisa kompromi untuk bangun sesaat menjelang adzan… yah, untung, di sini, adzan shubuh baru terdengar jam ½ 6 pagi.
Abisan nontonin sisa Changeling, yang semalem ga kelar ditonton, keburu ngantuk, kecapean, jogging sore…45 menit, cukup lah untuk “memaksa” sirkulasi darah-udara di tubuh yang sedang giat menumpuk lemak ini jadi lebih baik (lagi!)….
Koneksi internet sementara cuma lewat hape dengan GPRS-nya, kadang lancar…sering ngadat. (Karena warnet satu-satunya itu gag tau kenapa, katanya cuman 2 minggu libur untuk renovasi, tapi, kayanya sekarang udah hampir sebulan ga buka).
Tapi, kalo pagi-pagi… biasanya lumayan kebut… (untuk ukuran GPRS!).
Buka fesbuk, bales komen2 iseng yang ga penting.
Blog-walking di “Kunjungan Rutin” kalo ada postingan baru.
Sekalian exploring kalo ada blog baru yang worth to read… it’s kinda fun.
Sampe saya menemukan satu blog.
Belom banyak postingannya, semua rampung saya baca sebelum koneksi GPRS mulai ngesot.
Singkat cerita, he’s a married gay.
Jadi, masih aja nyambung dari postingan kemaren… (jadi takut bikin eneg dengan topik yang itu-itu ajah)… ketularan produser sinetron yang selama masih ada penonton yang bisa “dibodohi”, terus aja dibuat lanjutannya… tapi, whatever lah…blog saya ini… mo dibaca ya monggo, gag suka ya silakan menggonggong aja sesukanya…. (dan saya akan tetap berlalu dengan geal-geol-gemulai… *benerin kemben - gendong keranjang - kedip-kedip sebelah mata gantian kanan-kiri - teriak-teriak ngondek... "jamu massss"... *…huhuhuh)
Padahal niatnya pengin posting topik lain yang agak ringan, nakal, dan menggairahkan…
Yeah… blame it to this “death-gay-living-province”, cari cong ga dapet-dapet yang sesuai kriteria… bukan sama sekali ga ada sih, di mana-mana pasti ada ajah cong-nya…
Cuma…gitu deh, beberapa kali ketemu, selalu gagal menimbulkan “selera”… dan akhirnya memilih mending makan Indomie! (halah!)… judulnya, gag tau diri dot kom!
Back to that married gay blogger.
Yes, he is married to a woman, and still, having “fun” with some “opportunities” with “my people” (and I believe, his too!)…
Jadi, bener toh… once you were gay, you are gay forever, no matter what.
Just because a gay decided to get married, it doesn’t mean that he “turns” straight.
Perlu digaris-bawahi sekali lagi, dalam postingan ini, saya ga berniat untuk menilai, menghakimi, apalagi mencela.
Hanya menuliskan apa yang terlintas dalam benak saja.
“Mantan” ustadz kondang itu juga pernah bilang, “We should not judge other’s clothes with our body”, rite!!!
Dalam blognya, dia cerita, gimana dia masih sering bermain-main dengan pikiran (mesum!)-nya, setiap melihat makhluk bertitid,… kekeke… and, he explicitly mentioned his obsession on men in uniforms.
Satu saat dia sedang jalan dengan isteri (tercinta!), dan sedikit teralihkan pandangan pada sosok berseragam, sang istri menangkap gelagat sang suami yang melirik sosok lain dan akhirnya menimbulkan rasa cemboker… (pengin eek…igh, gross!!!, maksudnya…cemburu bo!), namun “untungnya”, sang istri mengira dia melirik seorang wanita…hehehehe, lucu yes!
Belum, komentarnya tentang acara tv yang menampilkan para tranny yang “mimpi” jadi laki “beneran”. Namun, gag berani nonton secara terang-terangan, hingga dia merasa harus “bersyukur” untuk bisa menonton acara itu, ketika sang istri diajak tetangga untuk menghadiri pengajian.
Yah, and he was freaked out when his favorite “reality show” (yang dari fesbuk sih, katanya jelas-jelas tu acara cuma rekayasa!) showed a cheating husband (with a man!).
Dan dengan menikah, otomatis putus hubungan dengan dunia cong???
Di blognya, jelas-jelas dia bilang masih suka “bermain”… walau tanpa ”perasaan”… when he “really” missed to feel male-masculinity, he still tried to find one… or, some friends (other married gay…with children!) gave him reference to a coming-to-town-gay.
Part of my (bitchy!) side really does envy him.
Mengingat, saya kok ya gag laku-laku (*tempel label OBRAL di jidat!*)… padahal jelas-jelas dia udah “tersegel”, dengan ikatan emas yang melingkar di jari manisnya, tapi tetep ajah bisa “nyabet” mangsa (jadi penasaran, pinjem sèpetannya daysandminds,… situ cantik????eh…cakep???...hehehe).
Tapi, as a whole, I don’t envy his life… at all.
‘Though he has a “seemed-like” joyful life… beautiful-loved wife, great job, besides attractive physical appearance (I really curious ‘bout it!), and sometimes, casual sex without any attachment with a guy (or some, perhaps???) when he needed it.
But, I think his life is a way too complicated and somehow, too hard for me to be a reference of an option.
I’m not saying that his life-style is wrong.
Just, if I were him, I think I would get crazy….
That’s why somehow, I salute him for living his life in certain way.
I believe that everyone deserves to be happy.
And, everyone has their own standard of describing what happiness is.
Belom, ni belakangan, berhubung masih “stuck” di mess dokter-dokter, en kebeneran sedang ngumpul dengan beberapa teman sejawat yang PTT juga, cuma beda Puskesmas tempat tugas, ada sepasang suami istri, dokter n dokter gigi, jatuh cinta ketika PTT ini (bukan rahasia lagi, PTT juga jadi ajang ketemu jodoh (for straight, of course!!! *desperate-cynical*)), dan menikah…sekarang aja sang istri sedang hamil trimester 2.
Kadang, kalo ngeliat sedang mesra-mesraan… panggil-panggil “Aa ‘n Teteh things!!!”, suka terbersit,…
"What if I were a straight…????
And get married!!!"
Belom, ni dateng dokter-dokter PTT angkatan baru, salah satunya bawa bayi… and, I took my picture with him… definitely, looked fit!!!
I believe, I would be a great father if I had children.
Yes, why don’t I just get back to Java?
Propose “Her” to be my wife…
And trying to have child… or even children… of my own.
In my opinion, a gay-father (‘though in straight practice living) would be a better parent than straight one.
Why?
I believe, they would consider their child as a gift that in their “past” was just an “only-dream” thing…
They would be something that too good to be true.
And need a lot of hard work and kinda “impossible” effort in the “making” process (you know what I’m talking about!).
Gay-dad bakal mendidik anak dengan caranya, hingga besar nanti, si anak bakal memiliki pandangan lebih “luas”…dan mungkin lebih bertoleransi terhadap “perbedaan”.
And if, someday in the future of their child would grow as a gay, I think they would be accepting and supporting, more than a straight parent could.
But, then again… for now, I don’t think that I can do that.
For me, a marriage should be built on love base.
How can I marry her, if I there’s no love???
It’s our future that I concern about.
Marriage is a life-time commitment.
Tapi, buat yang emang udah “terlanjur” memutuskan untuk menempuh jalan pernikahan.
I fully support you, guys…
Don’t worry too much about what I’ve just written above.
Everything is just gonna be fine… and fabulous!!!
And, be your own MIRACLE!
I have a dream… someday, I’m gonna have a child or two.
Yes, maybe they wouldn’t be born from my wife’s womb… inherited my dna…
But, definitely, they would be born from … my heart!
PS : In my dream… I wouldn’t be alone raising my child…
So, …. Anyone????
15 toyoran:
Hebat yah si merit man itu, bisa jadi bahan postingan semua orang. Udah baca postingan gue tentang dia juga kan Dok? =D
Gue juga berharap suatu hari nanti punya anak, entah gimanapun caranya. Gw suka baca kalimat: mereka mungkin nggak lahir dari rahim istri gue, tapi mereka lahir dari hati gue...Ugh, so sweet deh. Semoga suatu saat bisa kesampaian yah dok! Amien
kalo gw mah bingung, kalaupun nanti adopsi anak, mau ngambil pribumi apa cina yah? Secara dadynya cina moomynya pribumi item. Huahahahaha.
Semangat yah Dok!
Gw cuman bisa ketok2 meja sambil ngomong: Amit2, moga2 gw ga kayak kepomppong itu......
Hihihihi.... ga jauh ya bu, naluri nge-gosip ngga lepas dari kehidupan kita :P
Eh jeung-jeung... yey tau ga, ada juga loh blog yg keliatan sok straight tapi tulisan nya ngondek abis....
yuk, kunjungan bareng-bareng... dia sering nongol di blog-blog gay, tapi katanya takut ama gay... ih jijay deh eike sama desye...
Apis!
Aq dah baca jg postinganmu. As a matter of fact, ni postingan selesai di-draft, pas banget wkt postinganmu muncul. Gara2 masalah koneksi, jd telat deh aq nge-publish.
Yeah, sama2 deh bu, semangat! No matter what!
Apis!
Aq dah baca jg postinganmu. As a matter of fact, ni postingan selesai di-draft, pas banget wkt postinganmu muncul. Gara2 masalah koneksi, jd telat deh aq nge-publish.
Yeah, sama2 deh bu, semangat! No matter what!
For you, gay who soon to be married, wish all the best.
Ur life, ur decision... Be a greatest husband n dad ya!
Congratz!
For you, gay who soon to be married, wish all the best.
Ur life, ur decision... Be a greatest husband n dad ya!
Congratz!
Sin-mau, yah... Gapapa lah!
Kekña, cong yg homophobic jauh lebih "kejam" memandang plu. It shows, how insecure he is.
Tp, people are what people are, so... Let him be whatever he wana lah!
Btw, siapa si yg u maksud?
Buhahahaha... gw suka postingan elo... gw bahkan udah gak bisa berkata apa-apa... but for real... IT'S TRUE for me...
Btw... lo tau... kita sering mengadakan koalisi gosip bareng-bareng... hehehe... kalo singgah jakarta kabar2 kabur deh... sapa tau niat join...
aduuuhhhhh, jadi terharu...
hiks...hiks....hiks... tisuuuuuu
makasih ya udah di komentari....
arisan yuuukkkkk.
duh melow bener... gw pernah pacaran (ma cowok tentu saja) dan setelah kurang lebih 6 bulan berjalan dia kepikiran untuk menikah (dengan perempuan) dan kita pun bubaran. dalam hati aku tidak yakin dia akan seratus persen "sembuh". namun demikian aku mendukung keputusannya untuk berusaha sembuh. good luck!
oh ya, kalau blog walking kunjungin juga blog gw dunk. aku pengan punya banyak teman blog yang menyarakan berbagai permasalahan gay. it's kinda coll.
Hai...ikut nimbrung ah. Ternyata semua itu gara2 kepompong,ya? Tadinya mau posting juga tapi karena postingan sini + ratu lebah lebih kencang jadi --- nga jadi deh. Cuma kenapa ya saya disamakan dengan kepompong???? Hik
G-files.... ummm... saya kok ndak setuju yah kalo gay disebut sebagai suatu penyakit...
Ummm... your blog has been added in my "Kunjungan Rutin"...
Nice to know you... have a nice day!
Bukan kepompong... umm...maksudnya????
Siapa yang nyamain???
And who are you btw?
Saya klik link kamu, kok nyambungnya ke blogster???
Ini the odd me???
days!!!
Sering kop-dar yes.... ngegosip al emak-emak bergincu tebal - berstoking jala-jala - berbulu mata 2 baris - bersyal bulu-bulu itu???
IKUUUUTTTTTT!!!! hoooho... kapan2 deh klo sempet ke jkt! (berharap ada yang kasih jaminan akomodasi, hihihi)
Post a Comment