What Have I Done to Deserve This?

Maaf, kali ini saya sedang pengin ber-mellow-rainbow...

*siapin tisu, puter lagu Rapuh-nya Opick berulang-ulang*

Dulu, saya ngefans banget sama Ustadz sering berkata "Jagalah Hati"...
Tiap minggu, nungguin doi memberi tausiyah... Pun, ikutan mewek bombay tiap renungan dan doa didengungkan.

Bukan, saya gag akan mencoba merintis sebuah kelompok pengajian, An-nisa namanya... Hauhauhau., eh, maaf gag boleh ngakak yah? (*membetulkan letak jilbab dan mengenakan cadar*)
Atau merubah gaya dengan sorban a la Tuanku Imam Bonjol... Apalagi, berpoligami dengan wanita-wanita yang solehah (baca: lebih muda, bahenol, dan asoy-geboy!).

Cuma, sedikit yang saya pernah dengar darinya...
"Mengharap pada makhluk, akan lebih sering kita dikecewakan, karena tak ada makhluk yang sempurna...
Maka berharaplah (hanya!) pada yang menciptakan makhluk... Apapun, pasti yang terbaik menurut kehendak-Nya..."

Bener...
Saya kira, dengan berbuat "baik" (at least, in my opinion) semua akan berjalan baik-baik aja.

Sedih, hati saya memar...

Seorang teman sejawat, berkata dengan nada menyentak, seolah saya manusia tanpa hati... tak bisa merasa... anti-terluka.

Hanya karena saya "menolong" teman sejawat lain yang (menurut dia) seharusnya mendapat "hukuman".

Arrggghhhh, women!
Binun banget kalo berada di tengah-tengah pihak yang sedang berselisih. Males berpihak. Cape ati untuk mendendam. Apalagi, bermusuhan...

Ternyata, masih banyak orang yang lebih suka menyimpan amarah, memendam, dan memupuknya jadi kebencian yang mengakar, menyatu di dalam hati, dan membiarkannya membatu.
Daripada memaklumi, berempati, memaafkan... kemudian melupakan... dan berdamai.

Sumpah, saya malu, setelah mendapati, semua berawal "hanya" karena UANG!

Ternyata, benda itu memiliki kutukan yang begitu kuat, hingga mampu meretakkan pertemanan... mengubah tawa riang menjadi umpatan... senyuman jadi cibiran menyakitkan.

Setelah semua yang saya usahakan, ngebela-belain bolak-balik naek kapal semaleman...
Menghadap pejabat-pejabat dengan mengesampingkan rasa sungkan...
Berkali-kali pasang muka tembok, nyali kebo, merendahkan diri setara pengemis gelandangan...
Nongkrongin pegawai kantor pemda yang merevisi SK dengan keterampilan mengetik sebelas jari... 4 jam melongo... kelaperan... itu pun hasil revisi masih salah!

Setelah saya kira sudah selesai...
Dan berharap tak ada lagi permusuhan, wee lah kok saya dianggap berkhianat!!???

Padahal, kalo ada yang berhak marah.
Harusnya itu SAYA!!!

Entahlah...

Tuhan,
Katanya, doa orang teraniaya selalu Kau kabulkan...
"Hanya minta satu, duh Gusti, paringi sabar..."

Oh, tambah satu lagi boleh gak, Tuhan?

"Just send me, someone...
Just for knowing that I'll be fine...
With him, the one I might call... "mine"..."

Amiinn...

Maaf, gag bisa cerita detil, terlalu panjang dan personal.

Belum lagi, warnet tutup dalam rangka renovasi, jadilah kudu cenat-cenot hape.
Agh... Sudahlah!

Semoga semua makhluk berbahagia.
(*Ikut-ikutan Marcell*)



Ps: terima kasih ya jeung Lexy yang pernah ngedoain saya untuk tetap ditempatkan di Puskesmas nun jauh di sana. Doanya terkabulkan...*hiks*