September 20, 2009

Memang Lidah Tak Bertulang

Senin, 17 Agustus 2009



Udah tinggal beberapa hari ajah tugas saya sebagai dokter PTT di Puskesmas ini.
Bahkan, kalo menurut rencana saya sebelum berangkat ke sini, harusnya tanggal segini saya udah kembali ke Ibukota kabupaten, ngurus – ngurus administrasi dan segala macem, terus pulang deh.

Cuma, mungkin orang-orang lupa.

Dulu, sebelum saya berangkat, sempat saya “mengajukan syarat”, secara, saya ditugaskan kembali ke Pulau yang paling “nggak banget” buat dokter – dokter PTT di sini, yaitu antar – jemput dengan speed-boat PemDa, bukan tanpa alasan, karena transportasi bolak – balik antara Pulau ini ke ibukota Kabupaten susah banget, ada kapal dengan jadwal yang ga tentu, datang – datang jam 2 – 3 dini hari, itu pun ngetem di tengah laut, secara, kapal gag bisa merapat ke pesisir karena terlalu dangkal, jadi repot!

Waktu itu gag tanggung – tanggung, saya bilang langsung sama Bapak Bupati, doi juga bilang gag masalah.
Jadilah saya akhirnya, pasrah, berangkat juga… dengan harapan, semua lancar.

Tapi, udah lewat dari tanggal yang direncanain, jemputan belom datang – datang juga. Padahal lautan sedang tenang, cuaca juga udah dua minggu ini selalu cerah.
Bikin bête, jadi berburuk sangka, setan – setan berpesta pora di benak saya!
Tenang… kudu berbaik sangka!!!

Tarik napas dalam – dalam lewat hidung, tahan lima detik... hembuskan perlahan secara bertahap dari mulut… tak lupa kontraksikan otot panggul *latihan praktek Lamaze*…huhuhuh…

There must be reasons why he forgets.
Yang namanya pejabat, urusannya musti seubruk – ubruk, kudu kunjungan ke sana – sini, sampe – sampe jarang ada di tempat (alias seminggu di kabupaten, sebulan plesir!) mana sempat dia nginget “makhluk gag penting” yang dibuang ke pulau terpencil ini. Hmmmm...

Actually, I had anticipated it, sebelom berangkat, saya meminta tolong T. S. yang tugas di Ibukota – yang jarak rumah dinasnya ke kantor bupati bisa ditempuh dengan engklek atau ngesot selama 15 menit ajah (itu engklek/ ngesot loh…kalo jalan normal, paling 5 menit, atau mau lari sprint juga bisa (*ngebayangin gimana jadinya*…hihihih), gag nyampe 2 menit) – to remind The Majesty, apa desè lupa juga???

Padahal, jelas – jelas saya tulis notes di atas meja prakteknya. Hmmm…

Tarik nafas lagi… dua kali lebih dalam… kali ini praktek senam Kegel... huhuhu… pasti ada alasan… mungkin T.S. itu mikir…
Apa juga untungnya ngingetin bupati untuk nyuruh bawahannya jemput temen di pulau itu, pacar juga bukan, kenal juga baru berapa bulan belakangan, kalopun dia datang, cuma menuh – menuhin rumah ajah, makannya juga banyak, bikin kucing gag dapet jatah!!!”…
Damn!!! It doesn’t even make me feel any better!!!*hiks*

Emang berlebihan sih, kalo saya menuntut untuk perlakuan special, saya pun udah terbiasa gag dianggep kaya gini (*duduk tertunduk berharap tubuh bisa mengkerut, berlinang air mata buaya dan beleleran ingus ijo kental beraroma special pake telor* heheh…) tapi, seenggagnya…
He should keep his own word!!!!!

No wonder, kalo sampe sekarang di mana-mana, setiap kali pemilu. Yang namanya orang politik, antara janji waktu kampanye dengan realisasi ketika sudah menjabat, hihhhhh…. bikin cape hati.
That’s why, politik gag pernah jadi hal yang penting buat saya.

So, sementara menunggu, entah dijemput, atau akhirnya ada kapal, berusaha tetep jaga kelakuan. Soalnya, kalo udah bête… bisa jadi orang paling apatis… bawaan gag jelas, seperti postingan sekarang… gag jelas juntrungnya toh!!!
Apa pula tujuan saya tulis curhat macam gini, paling banter, cuma di-kasian-deh-lu-in!

Tapi gapapa degh… daripada dipendem sendiri, salah – salah jadi bisul… atau lebih parah, ketawa – ketiwi sendiri… or simply make me a fat-grumpy-single-stupid-gay-doctor (*which already am*…hihihhi…) *hiks*

En, gag ada niat ngejelekin nama siapa – siapa loh ya… I didn’t mention any name, anyway…
So, just consider that every Bupati (Inggrisnya “Bupati” apa siy??? “Major”? Itu bukannya “Walikota”???) would be exactly the same… and do as well just like it was something common… cuma saya aja yang kurang sabar dan terlalu drama queen yang gampang merepet... (blame it to S****l J***l then!… hehehe!).

Males misah – misuh… biar Kasino aja deh yang mewakili…





PS: Duh Gusti… paringi sabar!!! Amiin….

September 14, 2009

Sudahlah....

Nyampe Surabaya...

Badan cape, padahal perjalanan tadi naek pesawat gag terlalu lama...
Lancar dan tanpa halangan... Alhamdulillah...

Sengaja gag nginep di Penginapan apalagi Hotel...
Biar ngirit, bisa beliin baju-baju buat adik-adik piara saya di Pulau besok...

Tapi badan kurang bergairah...mampir warnet...masuk channel... tapi, tetep gag bisa "naek"... (hayah!)

Langsung teringat...
Semalem, hampir gag bisa tidur...

Bukan karena khawatir tentang perjalanan yang bakal saya lakukan...

Tapi teringat pada seseorang...

Melow lagi ahhhhh...

*jalan-jalan malam di Surabaya... diliatin orang-orang... aneh mungkin jaman gini masih ada orang doyan jalan kaki...sendirian pula...apa mereka curiga, saya bakal curi jemuran????*


Jangan Lupakan... Pleaseee....!!!

Minggu, 16 Agustus 2009



I heart Indonesia.


Cuma karena saya sering sok! “ngInggris” (dengan grammar, tenses dan vocab yang ala kadarnya!) setiap ngeblog, bukan berarti saya gag cinta Indonesia.


Bukan juga karena saya sering mencela tayangan sinetron dengan cerita dan akting pemeran – pemeran-nya yang bikin gatel (hey, they are made in “India”, anyway!), atau “nyepet ” seleb Indo yang sering berkelakuan gag wajar… hihihh… lantas membuat saya desperately looking for a foreign lover in order to get me out from this country and change my nationality… NEVER!


Meski kalo saya mengingat – ingat, pernah saya ber”diskusi” konyol – konyolan dengan temen – temen, waktu itu sedang heboh tentang makanan formalin, terus merentet, daging glonggong, atau produk “sapi jadi – jadian” (celeng!), jajanan berwarna ngejreng yang ternyata pake pewarna tekstil, atau segala hal yang berhubungan tentang betapa “kreatifnya” orang Indonesia, kita bilang “Indonesia Banget deh!”.

It’s kinda harsh, and ironic actually… since I found that all of those just caused by lack of prosperity and knowledge among people.
Hanya karena saya sering tulis betapa banyak ketimpangan dan serta merta “menyalahkan” (dan mengumpat! Heheh…) pihak – pihak yang “menurut saya “ sedikit banyak bertanggung jawab, bukan berarti saya gag cinta Tanah Air Indonesia.

Ngomong – ngomong Tanah Air, jadi inget waktu Agni Pratista jawab final question di Puteri Indonesia Pageant few years ago (yeah, I admit that I watched it!...CONG!!!), when she answered with a quite simple -but right to the core- statement… Pertanyaan klise, “Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri atas darat dan laut. Bila harus memilih, mana yang lebih penting antara daratan dan lautan?”
Ketika 2 finalis lain menjawab dengan “biasa”, alih – alih, doi bilang:
Lautan dan Daratan adalah sama penting. Dan Indonesia adalah satu – satunya Negara di dunia yang menyebut negeri-nya dengan kata Tanah Air”.
Meski bener apa nggak-nya is questionable (mungkin orang-orang Negara tetangga -yang demen banget mengklaim property Indonesia itu!- juga nyebut Tanah Air), menurut pendapat pribadi saya, it was the most clever statement that an Indonesian Beauty Pageant finalist had ever given, instead “Indonesia is a beautiful CITY”-nya Nadine… heheh!


As an optimist, there are so many things that we could be proud of when we talk about this country.
Seperti yang sering didengung – dengungkan para “orang penting” yang berebut kekuasaan itu.
But, as time went by, I saw things… real things… that, beside those greatnesses of my country, there are other things, important one, but often been forgotten, coincidentally, or… maybe, intentionally? Belakangan, saya merasa sangat beruntung kalo saya lahir, tumbuh (become a truly Cong!), dan belajar di Pulau Jawa.
Bahkan, kadang… saya merasa, betapa kurang bersyukurnya saya selama ini. (*lebay!*)


I don’t know what I am trying to tell…
But Indonesia is more than just Jawa, Bali and… some other big cities… (Once again… Indonesia IS NOT a beautiful city, jeung!!!!)

Bagaimana dengan yang tinggal jauh dari “peradaban”?…

Just because they live far from “decent – civilization”, and rarely (or almost never!) touched by publication, it doesn’t mean that they are not exist, rite!

I saw things… and more, experienced a bit… by living among them…
Ada hal yang mengganjal di benak saya…

Di kota besar sana, ada pasien mengeluh atas pelayanan RS yang kurang memuaskan, dan lalu berunek – unek. Kalo saya bilang sih, kalo gag puas atas pelayanannya, minta pindah RS atuh, kayak di Jakarta cuma ada 1 RS ajah. Ummm… bukannya saya membela dokter atau RS “itu”, karena menurut saya, kedua pihak bersikap lebay – sulebay – syalalala (*gegeolan sambil pegang kecrek – kecrek*)… karena menurut saya, RS-nya juga, kudunya jelasin “informed-consent” atas tindakan yang dilakukan… sejelas – jelasnya (pasien jelas bukan orang dusun yang heu-euh ajah digimana – gimanain!).
Menuntut sampe ke Pengadilan???
Ummm… malah jadi panjang, dan saya kira, di mata masyarakat, citra dokter (dan RS Indonesia) makin nyusrug…


Sementara di sini, baru sekarang saya dapet pasien, muntah dengan bonus 3 ekor cacing sepanjang 5 – 10 cm bergeliatan, dan semua anggota keluarga dan yang ngelihat, menganggap itu adalah hal yang biasa (reaksinya meni pada datarrrrrr…).

Apparently, cuma saya ajah yang seumur – umur (waktu di coass 2 tahun lebih pun belom pernah) lihat langsung Ascaris lumbricoides fresh from the gastro! (akhirnya, bisa juga pake kata itu, emang cuma CinLau aja yang bisa!!!)


Sering, pasien datang dengan keluhan b*k*r atau muntah cacing… dan dengan santai, sambil cengengesan… minta obat cacing, seolah beli pecin di kios, “200-eun, kembalinya permen”- ceunah (*ketauan sering jaga warung*…hihihhih).

Padahal, cacing definitely bukan hal remeh – temeh (*seremeh berita infotainment itu!*), gimana misalnya kalo sampe terjadi neurocysticercosis??!! (Grey’s mania!!!!! Aduhhhh… gatel pengin beli lanjutannya!!!), atau nyasar ke mana – mana dan ngakibatin penyakit yang lebih gawat daripada b*k*r cacing!


Contoh lain, paling ribet, dan susah… kalo dapet pasien dengan penyakit extra-ordinary yang butuh dirujuk, tapi susah transportasi, a.e. kemaren sempat ‘njujug pasien dengan CVA, udah jelasin sama keluarga, tapi tetep keukeuh, minta diinfus ajah (just like infuse is obat buat segala penyakit!!!)
Ya sut… daripada nggrundel, pasang ajah… walau akhirnya plus juga! Inna lillahi!


Intinya sih, something wrong is happened.
Terus, merepet ke masalah lain, sodara – sodara(*semangat membara berkobar - kobar, ibarat penyuluhan ke Ibu – Ibu PKK tentang “Teknik menyusui bayi (dan suami!) yang benar!”*… huhuhuh)
Bukannya saya gag setuju, kalo di Aceh sana, karena Tsunami terus didirikan banyak Madrasah dengan fasilitas yang saya ajah waktu sekolah gag pernah dapet.
Atau waktu tragedi kemanusiaan Palestina, sampe ngadain Malam Dana besar – besaran (dengan promotor satu partai… waktu itu deket – deket Pemilu pula!!! Jangan – jangan… ehem… ya… jangan – jangan!!! Heheh… hush… pamali berburuk sangka!), dan hasilnya konon mau bikin Rumah Sakit di sana.


Sekali lagi, bukannya gag setuju, justru saya ngedukung pisan, toh demi kebaikan juga dan jelas banyak yang terbantu (sekaligus jadi bahan buat kampanye dan naikin pendapatan suara juga, bukan??? Hush… Pamali….!!!).
Tapi, kalo saudara – saudara yang di sana dapet bantuan.
Bukan berarti kalo yang di sini, hanya karena gag pernah disorot, gag pernah masuk berita, dan jumlah pemilih gag signifikan bisa naekin jumlah kursi (hush… Pemilu geus liwat, kasep!!! Pamali…!!! Hihihhhi).
It doesn’t mean that they are not exist, does it??!!


Ummm… males yah, ngomongin yang berat kayak gitu… bikin rarieut bin jangar binti lara ‘ndhaskuwww!
Betewe, Indonesia besok mau ultah yes! Udah 64 taun lepas dari penjajah asing.
Emang sih, banyak yang udah dibangun, dan kehidupan lebih baik sekarang (at least, from superficial sight!) daripada waktu rakyat Indonesia gag lebih dari sekedar pribumi yang pantas diperbudak.

Damn Colonialism!!!


Kalo dulu, seenggaknya yang menjajah adalah orang asing haram jadah (hehehe….). Yang bikin kita semua bersatu-senasib-sepenanggungan, dan Alhamdulillah, setelah 3 ½ abad penjajahan, bisa juga jadi bangsa yang berdaulat di 17 Agustus 1945.

Jadi jangan sampe, kalo sekarang ada penjajahan lagi yang dilakukan oleh sesama saudara sendiri.

Emang berlebihan siy… dan saya sadar, semua butuh waktu…


Sempat, saya berkunjung ke desa sebelah, tempat tugas saya sebelumnya.
Masih gag banyak berubah, tanpa saya, otomatis petugas kesehatan cuma 1 orang bidan (yang sering ngilang itu!) – sedikit banyak saya jadi ngerasa bersalah juga, maafkan!!! – tapi, waktu saya saranin ama Pak Camat untuk lapor ke Dinas atau Bupati supaya minta tambahan tenaga medis, tanggapan doi cuma “Males, paling susah ngarepin PemDa!”


To be honest, I’d been kinda disappointed by his reaction.

Camatnya ajah males, terus mo ngarepin siapa lagi???

Tapi, sedikit banyak saya juga maklum… karena emang ngadepin orang – orang di atas itu, seperti ngadepin orang yang manis di bibir ajah (bukan berarti saya pernah cium orang – orang ituh loh ya… amit amit… gag ada yang cakep!!!! *ketok meja tiga kali, sebar garem lewatin pundak, ludah – ludah ke samping sambil berharap ada S***l J***l di sebelah*…. Huhhuhuhh) alias, waktu ngadep, dapet jawaban ngademin, sedikit bikin optimis… tapi, setelah kembali liat kenyataan… cuma OmDo… NATO!!!


Balik lagi ke Ultah RI, waktu ke Desa itu, ternyata, cuma karena penduduk di desa itu adalah orang – orang yang “tak sengaja terlupakan” (*agak lebay sih, tapi, biar dramatis gapapa lah!*), bukan berarti mereka gag cinta Indonesia.

Sejak sebulan sebelum Hari Perayaan Kemerdekaan, udah banyak kesibukan yang kalo di kota – kota besar, mungkin malah udah ditinggalin.
Hanya sederhana saja, tapi… buat saya, rasanya ada yang lebih daripada yang terlihat.

Dari pagi sampe sore, anak – anak latihan gerak jalan untuk lomba di hari H, Paskibra (yang dibikin ngikut – ngikut pake formasi pasukan 17 , 8, dan 45… so cliché, tapi, I saluted them!) meni semangat latihan bolak – balik keliling kampung, dengan segala keterbatasan (eghhh… ternyata ada cong-nya juga loh… hahahahah… ternyata, di tempat kaya gini juga ada!!! Tapi, sayang… coba kalo doi punya bodi padat dan muka rada garang seperti kebanyakan temen – temennya yang laen… hahahahhaa!).

Pengumuman lomba – lomba dan susunan panitia Peringatan Kemerdekaan RI dengan ejaan dan kalimat – kalimat nan lugu yang ditempel di papan pengumuman Balai Desa (sayang, saya lupa gimana persisnya, dan gag sempat saya poto juga, damn!!!).


Atau, anak – anak dan guru – guru SD – SMP – SMA dengan pegawai Kantor Kecamatan, juga PolSek, gotong royong bersihin lapangan upacara, angkut – angkut pasir dari pantai (yang jaraknya 1 km!) buat bikin tiang pancang bendera yang lebih kokoh… guna Upacara di hari H.
Definitely, gag ragu kalo mereka juga cinta Indonesia.

Saya juga, masih inget, dulu, kalo nonton Badminton di tivi, kalo Indonesia maju… bikin ikutan deg – degan, ikutan teriak – teriak, ikutan sedih kalo kalah… juga ikutan tahan nangis kalo lihat Sang Saka Merah Putih berkibar.

Sampe sekarang, meski Indonesia Raya sedikit berkurang digemakan (ayo dong, badminton Indonesia… kaya dulu lagi, or even more, I’m sure You can!!!), masih ada rasa bangga itu.

Lepas dari citra Indonesia yang harusnya bisa lebih baik dari sekarang, yah… butuh waktu… I believe,… maybe someday… yes,…. SOMEDAY!!!

Udah ngelantur ke mana – mana, cape, intinya sih…


“Met Ulang tahun Indonesia… I HEART You full, degh!!!”

Mudah – mudahan, jadi Negara yang lebih sejahtera, buat SELURUH rakyatnya…

“Indonesia Raya… Merdeka… Merdeka…

Tanahku, Negeriku… yang Kucinta…”





PS: Coba kalo ada karnaval di sini, udah siap – siap kebaya niyyyyy…. Huhuhuhhuu!!!!


*gambar di co-pas dari sini*

September 13, 2009

"Cuma" Laki - Laki looohhhh.... *wink*

Saturday, July 25th, 2009



I am not a chatty person.

As a matter of fact, when a stranger talked to me for the very first time, I wouldn’t be surprised if their impression on me was… a silent person, a shy one, or even… an arrogant jerk…

I think, it’s just some kind of my way to build a protection wall around me, so people wouldn’t get to be attached too close on me, since there was one of the biggest “secret” that I still wanna keep in as safe as it could be.


Tapi, berhubungan dengan profesi saya sekarang (stupid one – of course! *wink*) yang mau gag mau kudu rajin nyablak sama orang, suka apa gag suka, bagaimanapun, sedikit-sedikit saya kudu “belajar” at least, membenahi cara saya untuk menghadapi orang-orang.

Ditempat saya kerja, meski saya kira saya masih belom terlalu “luwes” untuk ujug-ujug ngerumpi ngalor ngidul sama mbak - mbak perawat (*glek!*), atau gag juga dengan santainya membeberkan setiap kejadian yang (sumpah!) gag penting a la S***l J***l, tapi somehow, selama ini, kalo menurut saya sih, hubungan saya dengan mbak-mbak perawat/ karyawan lain di klinik-klinik yang pernah saya kerja di dalamnya, Alhamdulillah, baik-baik ajah.

Malah, di salah satu klinik, seperti saya udah pernah tulis, kaya’nya ada yang terjerat perangkap cinta yang tak sengaja dan tanpa niat tersebar dari tubuh saya (ternyata yah, cong macem saya, masih bisa menebar pheromone! *cuih*).

Although it wasn’t something extraordinary, honestly, I got flattered when a senior nurse in one of the clinic I used to work at said that, it’s my laughing they’d be missing of…
Yeah, I laughed a lot with them…

Or, when the other (also a nurse, in a different clinic) called me once, just to say hi, and told me that I was one of the kindest men she’d ever been working with.
Hayah, sudahlah… meni somse...*geuleuh!!!*

So, I guess I’ve improved my communication skill a bit… not in a wrong way hopefully…

Wait, there’s something wrong, if I read my above testimony.
They are all females!!! With no gaydar, of course!
Ada sih, satu – dua karyawan laki (str8 one!), dan juga rekan sejawat, tapi, jarang ketemunya, en gag terlalu intens juga.
Paling kalo ngobrol, sebatas basa-basi doang.

That makes me realize that, I’m not so good in guy’s talking.
Padahal, waktu saya kuliah, hanya karena saya cong, bukan berarti cuma bertemen ama cewek en cong doang.
Malah, kayaknya, di antara temen-temen gank saya, cuma saya thok yang cong degh…huhuhhuhuhu…

Ummm, then I think,… and, I remember…
Yeah, I heard more than spoke…
Even, most of my friends told me their problems and sometimes, their “secret”.
Maybe it made me sound pathetic, but, if I look from the bright side,… it means that they trusted me, doesn’t it?
Ironic, huh,… since they don’t even know my “secret”… or, at least, that’s what I believe…

Beside, mungkin karena udah terbiasa juga, kalo ngobrol, tentang apapun, nyambung-nyambung ajah, meski akhirnya jadi ngelantur ke mana-mana, atau ujung-ujungnya jadi ngaheureuyan salah seorang temen yang sering jadi bulan-bulanan anak-anak.
Aghhhhh… how I miss them, a lot!!!

Setahun belakangan, di mana saya kudu beradaptasi dengan masyarakat yang jauh berbeda dengan yang biasa, kadang saya sering ngerasa kagok, dan kalo diinget-inget, bikin saya ketawa sendiri juga.

Satu hari, hampir satu tahun yang lalu, ketika hampir lewat dari wabah diare itu.
Sempat orang-orang Dinas datang dan ngadain Pengobatan Massal (yang TELAT banget ituh, bikin saya pengin tereak, “Kemaren ke mana aje, bos!!!”).
Dan beberapa hari setelahnya, selesai makan malam, sempet ngobrol-ngobrol ama seorang SatPol PP (str8 one, with average look, but yummy body shape… hahahhaha…CONG!!!!), dia bilang, waktu Pengobatan massal, cewek paling gagah serombongan dari Dinas itu merhatiin saya terus, si satpol PP berasumsi, she must be liked me…

Jeddhuerrrr….

Cewek paling gagah???
Hah???
Emang ada yang mirip-mirip O**a atau R***n, atau Madam yang Besarrrr banget itu,…??? (coz they definitely bukan cewek gagah, tapi cowok tomboy kan!)
Seingat saya, gag ada juga tuh yang berperawakan macem Lisa Rumbewas atau Laila Ali, misalnya…
Saya cuma melongo ajah, sambil tersipu-sipu, sambil berbisik mesra, …
Ah, abang, bisa ajah deh, daripada sama dia, mending sama abang ajah!!!” *towel dikit* (in my mind, of course!!!)…heheh…

Belakangan, baru ngeh, maksudnya… ternyata, di sini, apapun yang indah dan bagus, disebut “Gagah”…
Cewek paling gagah, berarti, yang tercantik,... agh… mo se”gagah” apa juga, kalo cewek mah… You Know atuh, buat saya mah, gag ngaruh…
Anything she sells, I ain’t buy!!! huhuhuhu….

Sadar gag sadar, di PTT ini, saya malahan lebih sering ngumpul ama anak-anak kecil, ketawa-ketiwi uucingan, atau sambil gendong-gendong bayi anaknya mama piara saya… atau ngerumpi sama anak-anak SMP-SMA, paling tua juga sama polisi-polisi yang usianya 4-5 tahun lebih muda, kebanyakan sih, ngomongin pengalaman, kerjaan, keadaan di Jawa, atau apapun,… tapi, kalo ngobrolin cewek, hihihih, cuma bisa basa-basi doang seperlunya, dan berusaha mengalihkan arah pembicaraan, atau paling banter, I just listened to them.

Dan hampir gag pernah ngobrol ama orang yang sebaya.
Soalnya, seumuran saya di sini, rata-rata udah punya 2-3 anak… ya jelas gag bakalan nyambung!!!
Mau maksain, pasti ujung-ujungnya… “pak Dok, calonnya orang mana???”

Hihhhhhhh... minta ditampar juga…

Eh, iya… ada yang “lucu”…
Kemaren, waktu ke kampung sebelah, waktu sehabis ngerawat bayi kejang itu, ketika saya minta diantar pulang, naek perahu satu mesin.
Kebetulan, cuaca kurang bersahabat (gag seperti waktu berangkat, yang cerah ceria, sempet pundung gag bawa kamera), mendung dari pagi, hujan pula, walau gag deres, tapi angin lumayan bikin keder kalo liat lautan.

Ternyata, bapak yang bawa perahu, udah biasa, dan menurutnya, ombaknya gag seberapa (Thanx God, menurut orang-orang setempat, musim ombak tahun ini gag separah tahun kemaren), padahal, begitu mau keluar teluk, kudu menerobos gelombang, gag terlalu tinggi sih, tapi, buat saya yang boro-boro naek perahu di lautan, di Jawa, kalo lewatin jembatan di atas sungai yang sedang meluap aja sering deg-degan takut jembatan roboh.
Pegangan kenceng-kenceng pinggiran perahu, basah kuyup nabrakin ombak yang berlawanan arah, sampe gag ngewaro, kalo mata udah merah kena iritasi air laut.

Waktu saya menoleh ke belakang, orang – orang pada ketawa, saya juga ikutan ketawa, entah apa yang lucu… mungkin ngetawain pengalaman saya pertama kali itu menerjang ombak sampe basah kuyup sekujur tubuh, luar-dalem…
My balls must be tightened!!! huhuhuu (Untung gag bawa kamera!!!)

Alhamdulillah, setelah ngelewatin satu tanjung yang bikin jantung berdenyut melebihi rata-rata (hayah!), lautan lumayan tenang lagi, balik ke rumah dinas, sampai dengan selamat.
Sempet, si bapak yang bawa perahu bilang, sambil tertawa

“Pa Dok, cuma Laki-laki ajah yang berani lewatin ombak kaya tadi. Orang-orang kampung sini sih biasa, tapi orang-orang kampung sebelah, meskipun biasa naek perahu, gag bakalan berani”.

Hihihihih… CUMA LAKI-LAKI doang loh…
Gag heran, typical sifat orang-orang di kampung itu, terasa “lebih keras” (*Giggling ala Jack McFarland* hihihiiih).
Ahhhh, ‘though it wasn’t spectacular, but definitely… that was “one in a million” experience for me.



PS: senangnyaaaa, akhirnya ada juga yang sebut saya Laki-laki… hihihihih… (*benerin kemben, sanggul dan stoking jala-jala, memoles lipstick tebel-tebel, gag lupa pasang bulu mata dua baris*)

*gambar di co-pas dari sini*

Dreamin' Never Dies



“Dreams are like feathers. If we have enough, we can fly - William Truman”

There are fairy tales that’d been told to us since we were kid, for some reasons.
Encouraged us to hope for a better future, inspired us to be a kind person, or at least, just helped us to sleep at night.
Then, we dreamed.

And somehow, every one of us might have wishes to make “our own” fairy tales came true.
But, as we grew … apparently, we found reality.

Many times, we knew that, fairy tales didn’t come true.

So, when reality bitted, piece by piece, our dreams vanished
.
We often had been told, to think logically, always standing on the real things.

Then, why should we dream?

Congs - the people of “somewhere over the rainbow”-, somehow, are creatures whose dreaming most.
Since, we couldn’t express our thought as free as them (str8!).

So, it wasn’t so hard to understand that, gays are so good in many things that require imagination, fantasy, and creativity.

“They” are “our” playground.
We dreamed, we fantasized, we imagined… in creative ways, eventually it appeared in so many forms.

Just say it, stories, poems, designs, songs, and many more.


I have dreams,… and I'm a cong (too!!! *obviously!!!*)
Mostly, just like others, to be happy.

to love someone, and (if I’m lucky enough) be loved in return.
Build a relationship that would make me feel a bit stronger, to share the weight of the world off my shoulder (blah!)

In career, I wish I could improve my skill, got scholarship to continue my study, be a surgeon perhaps, or anything that could make me a better doctor – and human of course –, amen!
Beberapa kali saya berencana, dan berusaha memikirkan strategi, untuk mencoba mewujudkan mimpi saya.

Tapi, seringkali, saya merasa seperti terbentur tembok yang begitu sulit diruntuhkan (*muntah!*)

Few times, I felt like,… I got stuck!

Contohnya, sempat saya tulis, kalo sebagian alasan saya memperpanjang masa PTT saya di propinsi ini adalah untuk mengejar beasiswa yang awalnya saya kurang berminat, mengingat setelah selesai, saya harus kembali ke propinsi yang “mengirim” .
Tapi, setelah dipikir-pikir dan juga sedikit menjalani praktek di tengah masyarakat yang membutuhkan ini, I got challenged.

Maybe I could do more for these people…
(and get paid of course, - hey come on- I’m not Mother Theresa anyway!).

Tapi, entahlah, apa memang saya yang terlalu berburuk sangka, atau mungkin juga, Dinas Kesehatan Propinsi menilai saya kurang memiliki potensi, hingga, setiap kali saya tanya tentang kesempatan beasiswa itu, selalu saja dijawab, “Belum ada informasi dari Pusat!”, seingat saya, tidak kurang dari 5 kali, setiap saya ada waktu “plesir” ke ibukota, selalu berakhir tanpa kejelasan.
Dan terakhir saya anjangsana (naon???) ke Dinas Propinsi,
ujug-ujug lebih dari 20 orang dokter (dari Kabupaten lain), sudah terdaftar sebagai calon penerima beasiswa, dan dibilang, “kuota” untuk Propinsi sudah penuh.

Sempat, saya berburuk sangka, mungkin saya kurang pandai “menjilat” (*giggling*), mungkin untuk masuk ke dalam daftar itu kudu pake “amplop” atau “surat sakti”, entahlah… Tapi, sutra lah…
Mungkin belum waktunya,… belum rejeki saya…
Banyak jalan menuju Roma…

My other dream,…
To find my love, my perfect someone, the one,… my Zahir…
Seemed like, I will meet so many obstacles for making it real.
Just like I’d written before, when someone I really liked, told me not to chase something that I couldn’t rely on…

He told me that,
gay and love are two things that don’t fit each other…
Definitely, he smacked my mind pretty bad… Seriously???

Apparently, he didn’t like me, that much, so he told me not to be a dreamer… in other word… he asked me, not to be… me…
FYI, I’ve always been a wishful thinking person, who thought “what if…” just as many as I wrote “Maybe someday…” and now, “SOMEDAY!” in every new book I bought (yeah, I really did that!)

Why dreaming?
Lately, I thought a lot… since I had so many solitude nights, I saw what happened in our world nowadays,…

I found that, there were so much hatred, bad prejudice, and awful things occurred any time, everywhere.
That’s real.
And many times, I got really disappointed to face the world as what it is.
So, I dreamed…


Just a little break from all of these madnesses, to rest a bit from these exhausting facts, or at least, to refresh my mind so I could see things with new perspective.

I dreamed a better world.

Sempat, saya sengaja mendonlot audisi Susan Boyle di “Britain’s Got Talent”, with her “I Dreamed a Dream – Les Miserables” Sampe sekarang, selalu saya puter kalo sedang bête, dan selalu, kinda relieved after.

No matter how this life treats me and facts that fairy tales don’t come true.
I think, no one could make me stop from dreaming.
Coz, without dreaming, this world is nothing but an awful place to live in.
Beside, no matter how much I get it, I wouldn’t get charged for… rite?


And, no one wud get hurt, anyway!




PS: Maybe it takes forever to wait, but I believe that sometimes… dreams really do come true! Maybe someday,… yes, SOMEDAY!!!


*gambar diambil dari sini*